Search this blog


Bermimpilah besar karena Rajamu besar...Anak Kerajaan tidak takut dengan kata orang, tetapi melekatkan hatinya pada Sang Raja...Bukan engkau yang hebat, tetapi Rajamu yang hebat
Photobucket

Jangan Puas dengan Menjadi "Rata-rata"

Eileen Rachman/Sylvina Savitri

Kita sering terjebak dalam rutinitas hidup dan pekerjaan, sehingga apa
yang kita lakukan dan apa yang kita upayakan, kerap tidak sempat kita
evaluasi. Saat mendengar berita kecelakaan pesawat, di mana mungkin
ada teman atau sahabat kita di dalamnya, atau menerima kabar duka yang
memberitakan salah satu sahabat atau kerabat tutup usia, tak jarang
kita shock dan baru merasa punya waktu untuk berhenti sejenak,
mendapatkan insights dan merefleksikan betapa berharganya kehidupan
yang kita jalani.
Kita sesungguhnya sangat sadar bahwa hidup kita memang sudah ada
takarannya dan suatu saat memang akan berhenti. Pertanyaannya,
seberapa sering kita memikirkan pentingnya kualitas hidup yang ingin
kita jalani? Apakah kita sungguh-sungguh menjalani hidup dan pekerjaan
yang meaningful? Apakah kita sempat mengecek bahwa kita tidak sekadar
mengejar karier dan uang, tetapi juga mengisi aspek kehidupan lain,
baik itu emosional, membangun hubungan antar manusia dengan baik,
serta mengembangkan aspek spiritual dalam hidup?
Beberapa teman, bila sedang berdiskusi seputar masalah kualitas
kehidupan, kadang berkomentar: “Kalau sudah sibuk ‘cari makan’ mana
sempat memikirkan kualitas hidup lagi?” Ya, kita semua bisa merasakan
betapa kehidupan makin kompleks, krisis datang silih berganti,
tantangan untuk mencapai target kerja terus ada di depan mata,
sehingga seolah kita tidak punya waktu atau energi untuk melakukan
hal-hal lain yang ingin kita lakukan.
Namun, apakah semua situasi itu akan menghalangi kita bersikeras untuk
menjadi “a better person”? Mungkinkah kita membiarkan diri kita
melepas standar kualitas hidup dan menjalani kehidupan kita dengan
“pasrah” atau biasa-biasa saja? Pada akhirnya, kita akan bertanya pada
diri sendiri: “Apakah sebagai manusia kita sudah berbuat optimal,
mendalam, otentik, dan berenerji? Apakah kita punya kemauan kuat untuk
“jadi  yang terbaik” dalam kehidupan kita yang hanya satu-satunya ini?
Melihat gaya hidup teman atau kerabat yang tutup usia secara
tiba-tiba, kita bisa belajar bahwa hidup memang perlu didesain. Hidup
seperti apa yang ingin kita jalani? Bagaimana kita ingin dikenang oleh
orang saat kita tiada? “Warisan” apa yang ingin kita tinggalkan?
Legenda macam apa yang akan tinggalkan?

Olah pribadi
Kita sering melihat banyak orang mengambil posisi “tengah” alias
posisi “aman”. Mereka tidak berusaha memperjuangkan ide dan
pendapatnya kuat-kuat, namun lebih memilih untuk menyenangkan semua
pihak. Dalam berprestasi, ada orang yang puas dengan menjadi
“rata-rata”, berorientasi pada penilaian pihak eksternal, sehingga
tidak menuntut dirinya untuk selalu mencapai titik terbaik. Padahal,
seorang ahli mengatakan: “Mediocrity isn't a quest to be pursued “.
Kita tidak akan "jadi apa-apa" atau menciptakan apa-apa, bila selalu
berada di posisi “so-so” atau merasa diri “sekadar” pegawai, “sekadar”
manager, atau “sekadar” orang kecil.
Kita tentu kagum bila mendengar ada petani di kampung yang bisa
menyekolahkan anak-anaknya hingga betul-betul sukses. Orang seperti
ini, tidak melihat dirinya “sekadar” petani, namun ia bisa melihat
masa depan sampai ke titik yang paling optimal.
Apapun posisi kita dalam organisasi, kita sesungguhnya punya peran
penting dan perlu bangga dengan peran yang kita jalankan. Seorang
arsitek, planner, desainer, sekretaris, dan trainer, punya peran untuk
menghasilkan ciptaan-ciptaan yang lebih efisien, baik itu ide, buku,
atau sistem yang bisa mempermudah hidup dan pekerjaannya. Menjalankan
peran dengan bangga dan “all out”-lah yang akan menciptakan happiness
dan sekaligus meningkatkan kualitas hidup kita.
Ada individu yang kerap merasa bahwa ia sudah mengembangkan diri dan
tinggal menjalankan hidup saja. Padahal, pribadi itu ibarat pensil.
Pensil yang baik akan bisa digunakan untuk menulis, namun
sebentar-sebentar perlu diasah. Pensil yang tumpul tidak bisa menulis
dengan baik, dan menjadi usang dan ditinggalkan bila tidak dipertajam.
Kita pun, ibarat pensil, senantiasa perlu belajar mengasah ketrampilan
dalam hubungan sosial, menebalkan keyakinan, dan tidak boleh puas
dengan keadaan yang sudah dicapai. Individu yang mudah merasa puas,
akan cepat menunjukkan sikap dirinya selalu benar, “sok tahu” tanpa
rasa ingin memperbaiki diri.
Sebaliknya, orang yang berorientasi pada kualitas hidup yang lebih
baik, akan berusaha memperbaiki tutur katanya, senantiasa mawas diri
untuk memperbaiki hubungan baik, dan mencari jalan keluar dari
permasalahan yang dihadapi dengan rendah hati tetapi progresif.
Kualitas hidup tidak bisa berhenti pada satu tingkat tertentu, namun
perlu terus diupayakan dari waktu ke waktu, sampai akhir hayat kita.

Good living = good work
Kita tidak akan bisa meningkatkan kualitas hidup tanpa meluangkan
waktu untuk melakukan evaluasi. Saringan evaluasi pertama adalah
mengecek: "Apakah hal yang kita kerjakan ini bisa meninggalkan value
di masa depan?" Saringan kedua adalah menguji: “Apakah apa yang kita
lakukan saat ini sudah optimal kualitasnya dan bisa dites
‘excellence’-nya?” Saringan ketiga adalah memahami: “Apakah hal yang
kita jalani ini memang  berasal dari diri kita dan mengangkat harkat
kita sebagai manusia?”
Bila kita menyaring tindakan kita dengan ketiga saringan tadi, maka
dengan sendirinya integritas yang sekarang didengung-dengungkan orang
pun akan terjaga.
Sebagai manusia yang diberkahi akal budi, sangat terbuka kesempatan
bagi kita untuk mengoptimalkan kualitas diri sebagai mahluk hidup.
Kita tidak perlu mengakhiri hidup ini dengan penyesalan, kalau saja
kita tidak henti-hentinya mendera diri kita untuk selalu lebih baik,
lebih cepat, lebih hemat, lebih berintegritas, dan lebih bermartabat.
Kitalah yang memilih untuk melakukan hal yang benar-benar kita minati.
Kita bisa memilih hobi dan passion kita, sekaligus membuat prioritas.
Kitalah yang menentukannya, bukan orang lain. Seperti yang dikatakan
penyair Antonio Machado: "Walker, there is no path; the path is made
by walking."
Dengan menjalankan good living kita pasti akan melakukan good work juga.

Baca Selengkapnya......

INSPIRASI SEORANG MURTADIN

Seorang teman, mengaku sering disindir sebagai Murtadin. Mengapa, karena dahulu ia memang seorang Muslim. Dalam sebuah bukunya ia menulis, kata ISLAM sebagaimana yang pernah dijelaskan teman-temannya adalah singkatan dari Isyak, Subuh, Lohor, Asar dan Magrib. Ini menunjukkan saat-saat umat Muslim melaksanakan sholat.

Namun sekarang, baginya kata itu selalu mengingatkan saat-saat mendebarkan dalam 24 jam proses kematian Isa Almasih (Tuhan Yesus Kristus) mulai saat penangkapan di Taman Getsemani sampai kebangkitanNya dari kematian.

Isyak ( I ) , mengingatkan dia waktu Ia membawa murid-muridNya untuk berdoa di Taman Getsemani.
Subuh ( S ) , mengingatkan dia waktu beliau ditangkap dan langsung diadili tanpa bersalah.
Lohor ( L ) , mengingatkan dia waktu Ia disalibkan.
Asar ( A ) , mengingatkan dia waktu Ia wafat dan diturunkan dari kayu salib.
Magrib (M ) , mengingatkan dia waktu Isa Almasih dimakamkan.

Sedang bila melihat umat Islam bergegas pergi ke mesjid-mesjid untuk sembahyang Jumat, mengingatkan dia akan hari saat Isa Almasih disalibkan, yang oleh umat Kristen juga sekarang hari itu sekali setahun dimuliakan sebagai "Jumat Agung". Karena pada hari itulah nubuat penebusan dosa manusia dengan "korban anak domba yang tak bercacat" digenapi.

Lalu hari kebangkitanNya, yaitu hari Minggu, hari ketiga setelah disalibkan dirayakan sebagai Hari Raya PASKAH. Karena itu pula maka hari hari Minggu menjadi hari Ibadah umat Kristen. Hari kemenangan atas maut. Yesus yang telah mengalahkan maut itu dalam Injil-Nya Ia telah mengingatkan bila Ia datang kembali ke dunia, semua manusia yang mati akan dibangkitkan dan akan diadili bersama dengan orang-orang yang masih hidup.

Ia sendiri yang akan menjadi hakim dan Ia menjanjikan setiap orang yang percaya kepadaNya dan mengikuti
ajaranNya akan masuk dalam kehidupan surgawi yang kekal dan mereka yang tidak percaya akan dibuang ke dalam api naraka yang kekal

Baca Selengkapnya......



“Beberapa Faktor Yang Menyebabkan Umat Islam Menjadi Kristen

( Why Muslims Follow Jesus ? )”

Hasil penelitian terakhir perpindahan dari Islam menjadi Kristen

Suatu survey dari Seminary Teologia Fuller Amerika oleh
J. Dudley Woodberry, Russell G. Shubin, and G. Marks.
24 Oktober 2007

Semoga menjadi berkat bagi setiap yang baca!

Berikut ini adalah ringkasannya :

Pada akhir tahun 1960, terdapat perubahan besar pada pengikut Kristus di antara orang-orang Jawa di Indonesia, mengikuti pertikaian antara orang-orang Islam dan orang-orang Komunis. Kami telah melihat pergerakan-pergerakan yang serupa di Afrika Utara dan Asia Selatan, termasuk hal-hal kecil di lain tempat.
Dalam kenyataannya dan mungkin berlawanan dengan perasaan, jumlah dari orang-orang Kristen baru setiap tahunnya jauh melampaui jumlah orang-orang Islam baru, meskipun rata-rata pertumbuhan pertahun untuk Muslim (1,81%) lebih tinggi dari Kristen (1,23%). Abad kemarin, orang Kristen bertumbuh lebih rendah dari orang Islam, dimana Muslim bertumbuh dari 12 sampai 21% dari keseluruhan populasi pada waktu itu. Tapi ini kejutan yang luar biasa. Kekristenan memiliki lebih banyak jumlah total pengikut dari pada Islam. Orang Islam bertambah di sub-Sahara Afrika dan diantara orang Afrika-Amerika oleh perpindahan (agama), namun di tempat lainnya pertumbuhan pada umumnya melalui kelahiran dan immigrasi. Pertumbuhan utama untuk orang-orang Protestant, khususnya Evangelikal dan Pentakosta melalui perpindahan (agama).

Jadi apa sebenarnya yang menarik orang-orang Islam untuk memilih mengikuti Yesus?

Antara 1991 dan 2007, sekitar 750 orang Islam yang telah memutuskan mengikuti Kristus telah mengisi formulir pertanyaan kilat untuk pertanyaan- pertanyaan dasar. Pengisi formulir terdiri dari 30 negara dan 50 kelompok suku mewakili setiap wilayah dari dunia Muslim (lembar pertanyaan tersedia di [dudley@fuller.edu] dalam melihat suatu hidupan di dalam iman.
Faktor-faktor yang menyebabkan umat Islam menjadi Kristen :

1. Gaya hidup orang Kristen

Kita dapat melihat pada pengalaman-pengalaman terpenting yang telah memperngaruhi orang-orang Islam. Para respondent telah menempatkan gaya hidup orang Kristen sebagai pengaruh yang sangat penting di dalam keputusan mereka mengikut Kristus.
• Seorang Afrika Utara ex-Sufi membuktikan bahwa tidak ada perbedaan antara kepercayaan moral dengan praktek dalam kehidupan orang Kristen yang ia telah lihat.
• Seorang Mesir telah membandingkan kasih sekelompok Kristen di Universitas Amerika dengan perlakuan tanpa-kasih dari murid dan mahasiswa di Medina.
• Seorang wanita Oman menerangkan bahwa orang Kristen memperlakukan kaum wanita sederajat.
• Lainnya tentang pernikahan-pernikahan Kristen (yang berlandaskan) dalam kasih sayang.
• Beberapa orang miskin mengatakan, pekerja-pekerja Kristen asing memiliki kehidupan yang sederhana, memakai pakain lokal dan mengikuti budaya setempat; tidak makan babi, minum bir atau menyentuh lawan jenis.
• Seorang Maroko bahkan telah diterima oleh bekas ipar Kristennya setelah pernikahannya mengalami pernikahan yang sukar.
Banyak orang-orang Islam yang menghadapi kekerasan dari orang-orang Islam lainnya tidak melihat itu dalam kehidupan orang-orang Kristen yang mereka kenal.
Kekerasan sesama orang Islam telah memimpin banyak orang Islam kepada kenyataan bagi mereka yang masih hidup dari perang 1971 antar suku antara Pakistan Timur dengan Barat, perang Arab dan Berber di Afrika Utara, serta antara Arab dengan Negro Afrika di Darfur.



2. Kuasa Allah di dalam jawaban doa dan kesembuhan

Kebanyakan faktor-faktor yang ex-Muslim daftarkan, adalah pengalaman-pengalaman campur tangan keajaiban Tuhan sering kali bertambah setelah mereka memutuskan mengikuti Kristus.
• Di Afrika Utara, tetangga-tetangga Muslim meminta orang-orang Kristen untuk berdoa bagi anak perempuan yang sakit keras, dan sembuh.
• Di Sinegal, seorang pemimpin rohani Muslim menunjuk pada kesabaran orang-orang Kristen ketika ia sendiri tidak mampu menyembuhkan mereka.
• Di Pakistan, setelah ziarah ke Mecca tidak menghasilkan kesembuhan bagi gadis Shia, pada akhirnya gadis ini disembuhkan oleh kuasa doa orang Kristen.
Hubungan-hubungan yang sangat dekat dapat ditemukan pada pelepasan dari kuasa roh jahat dan ketertarikan kepada Yesus. Dari semuanya, Yesus adalah nabi penyembuh di kitab Al quran, dan memiliki kuasa atas roh-roh jahat di kitab-kitab Injil. Di Afrika Utara, seorang dukun memakai sihir untuk melawan seorang pria pengikut Yesus. Dukun tersebut menjadi tidak waras dan ditinggalkan oleh keluarganya. Tapi pria pengikut Yesus ini berdoa kepada Kristus agar boleh membebaskan dia dari kegilaanya, dan dukun inipun disembuhkan.Tentu, kuasa dan berkat (melalui Yesus di atas) bukanlah akhir kata dari orang-orang Islam ini. Alkitab juga menawarkan teologi penderitaan, banyak dari orang-orang Islam yang mengikuti Kristus menemukan iman mereka dikuatkan melalui penderitaan-penderitaan.

3. Ketidak puasan dengan model Islam yang mereka telah alami

• Mereka menyatakan ketidak senangan dengan Al quran yang menekankan hukuman Allah lebih dari kasihnya.
• Liturgi doa haruslah ada dalam bahasa Arab, sebagaimana tuntutan agama Islam. Seorang (Muslim) Jawa bertanya, ‘Tidakah Allah yang maha tahu mengetahui bahasa Indonesia?’
• Muslim lainnya mengeritik penggunaan jimat-jimat dan doa pada kuburan-kuburan orang-orang (yang dianggap) suci.
Beberapa respondent menyatakan pertempuran berasaskan Islam dan ketidaktepatan hukum Islam, yang mereka katakan tidak mampu merubah hati nurani dan masyarakat. Pembebasan dari ilusi ini semakin menyebar di dunia Muslim.
• Banyak orang Iran telah tertarik pada Kabar Baik setelah Revolusi Khomeini 1979
• Orang-orang Pakistan semakin menerima (Injil) setelah Presiden Zia ul-Haq (1977-1988) mencoba memberlakukan hukum Islam (syariah).
• Orang-orang Afganistan semakin terbuka setelah Islam Taliban menguasai dan memerintah (1994-2001).

4. Penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi

Sebagaimana dengan (rasul) Paulus dan Kornelius di Kisah Para Rasul, penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi mengambil bagian di dalam pertobatan banyak orang. Lebih dari seperempat respondent, 27% mencatat mimpi dan penglihatan sebelum keputusan mereka bagi Kristus, 40% pada waktu pertobatan dan 45% setelahnya.
• Wanita Algerian melihat penglihatan, yang juga disaksikan oleh ibu mertua Muslimnya ketika masuk ke kamarnya dan berkata, ‘Yesus tidak mati, Ia disini.’
• Di Israel, seorang Arab bermimpi bahwa ayahnya (yang telah meninggal dunia) berkata, ‘Ikuti pendeta, ia akan menunjukan kepadamu jalan yang benar’.
Mimpi dan penglihatan lainnya nampak kemudian dan memberi semangat pada masa penganiayaan.
• Seorang wanita Turki dipenjara karena pertobatannya, ia mendapat penglihatan bahwa ia akan dibebaskan, dan dia memang dibebaskan.
• Seorang muda Afrika Utara melihat penglihatan beribu-ribu orang percaya di jalan-jalan memproklamasikan iman mereka dan telah menguatkannya untuk bertahan dalam penderitaanya sebagai seorang pengikut Yesus.

5. Pesan Injil (Kabar Baik) adalah jaminan keselamatan oleh kasih Allah

Pesan Injil (Kabar Baik), khususnya pada jaminan keselamatan dan pengampunan, juga dinilai sangat menarik bagi orang-orang Islam. Al quran menyatakan bahwa ‘mereka yang bertobat dan percaya, dan bekerja benar … akan masuk surga’ (19:60). Namun dinyatakan juga bahwa ‘Allah mengampuni siapa yang ia kehendaki dan menghukum siapa yang ia kehendaki’ (2:284), sehingga orang-orang Islam tidak mempunyai kepastian keselamatan.
• Seorang wanita Indonesia bicara dengan ketakutan berdasarkan tradisi ajaran Muhammad, bahwa jembatan yang menghubungi neraka dan surga setipis rambut.
• Seorang Mesir berkata bahwa ia tertarik kepada iman Kristen karena dikotbahkan bahwa orang-orang dapat dipastikan penerimaan mereka oleh Allah.
Ketertarikan berikutnya bagi orang-orang Islam adalah Roh kebenaran di dalam Alkitab. Al quran bersaksi bahwa Torah, Mazmur dan Injil (biasannya dimengerti sebagai Pernjanjian Baru) adalah dari Allah. Meskipun pada umumnya mereka diajar bahwa buku-buku itu telah dikorupsi, namun sering mereka baca dan temukan kebenaran dan mereka menyimpulkan bahwa tulisan-tulisan tersebut pastilah dari Allah.
• Alkitab telah menolong seorang Mesir mengerti ‘karakter Allah yang sebenarnya’
• Kotbah di Bukit telah menolong keyakinan seorang Islam Libanon, bahwa ia harus mengikuti Seseorang yang telah mengajar dan memberi contoh nilai-nilai tersebut.
Mereka juga telah tertarik ajaran Alkitab tentang kasih Allah. Di Al quran, meskipun Allah mengasihi mereka yang mengasihinya, namun kasihnya adalah kasih yang terbatas. ‘Ia tidak mengasihi mereka yang menolak untuk beriman’ (3:31-32). Tidak seperti ajaran Kristen ‘Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita’ (1 Yohanes 4:10) dan juga, ‘Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa’ (Roma5:8).
Seorang Afrika Barat telah terkejut bahwa kasih Allah untuk semua orang, bahkan terhadap musuh sekalipun. Meskipun Al quran menolak bahwa Allah adalah seorang bapa (37:152), banyak orang Islam mendapatkan ini adalah suatu konsep yang sangat menghibur dan berpengharapan.
Khususnya yang menarik orang Islam adalah kasih yang dinyatakan melalui kehidupan dan ajaran Yesus. Al quran telah menyebut isa (Yesus) orang yang tidak berdosa (19:19). Banyak Muslim tertarik pada penggambaran Yesus di Al quran dan kemudian datang pada Injil untuk mendapatkan lebih banyak lagi.
• Seorang Saudi pertama kali dibawa kepada Yesus pada suatu perayaan malam Natal di Jerman-bahkan sebelum ia tahu Jerman.
• Banyak orang seperti orang Shiah Iran ini yang tertarik kepada Kristus sebelum ia tertarik kepada Kekristenan.
• Seorang sufi Afrika Utara telah menemukan gambaran Yesus sebagai Gembala yang Baik sungguh berarti
• Ketika kasih Kristus merubah orang-orang Kristen yang sungguh masuk kedalam sebuah komunitas yang menyenangkan, banyak orang Islam telah mendaftarkan suatu kerinduan untuk bergabung dalam persekutuan semacam itu sebagai hal yang penting berikutnya.

6. Faktor hati nurani

Banyak dari respondent tidak mengatakan bahwa kondisi-kondisi politik atau ekonomi telah mempengaruhi keputusan mereka. Tapi itu tidak sukar untuk dicatat bahwa orang-orang Iran, Pakistan, Afganistan, Banglades dan orang-orang Algeria telah menjadi lebih respon setelah melewati kekacauan politik Muslim atau tindakan-tindakan untuk memaksakan hukum Islam (hukum syariah). Bencana-bencana alam di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan daerah Sahel menempatkan orang-orang Islam berhubungan dengan orang-orang Kristen dari badan-badan sosial. Tidaklah mengejutkan beberapa dari mereka memilih juga mengikuti Yesus. Sementara itu adalah ‘waktu-waktu terbaik’ untuk orang Kristen bersaksi pada orang Islam, itu juga tetap ‘waktu-waktu terburuk’.
Di banyak tempat, pemurtadan setara dengan ditolak keluarga, agama, budaya, suku, dan kenegaraan. Banyak Muslim yang berpindah agama menghadapi penganiayaan dari keluarga, polisi, dan militan Islam.
Dua teman tidak mampu mengisi lembaran pertanyaan – seorang karena ia nampaknya diracuni oleh keluarganya sendiri, lainnya karena pemerintah memenjarakan dia dan kemudian lidahnya dipotong oleh pemimpin militer sehingga ia tidak dapat lagi berkata nama Yesus.
Tetapi Muslim yang telah percaya kepada Kristus tahu bahwa penganiayaan demikian dapat dan akan terjadi, namun dalam sebuah cara yang misterius, hal tersebut merupakan bagian dari waktu-waktu yang terbaik bagi iman mereka, seperti yang diyatakan oleh Yesus, bahwa penganiayaan dalam penganiayaan itu terdapat berkat. (Catatan dari saya, baca Matius 5:9-12).
J. Dudley Woodberry is professor of Islamic studies at the School of Intercultural Studies, Fuller Theological Seminary, Pasadena, California, and served in the Muslim world for many years. Russell G. Shubin is deputy director of national news and publications for Salem Communications in Camarillo, California. G. Marks has ministered in Malawi.

Copyright © 2007 Christianity Today. Click for reprint information.
Sumber : http://www.christianitytoday.com/ct/2007/october/42.80.html

Why Muslims Follow Jesus | Christianity Today | A Magazine of Evangelical Conviction Dikutip dan diterjemahkan oleh Yusuf

‘Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.’ (Matius 5:9-12 )

Soli Deo Gloria

Baca Selengkapnya......